Tuesday, August 4, 2015

One and Only.

This is what bestfriends are for.

"Anis, the one who's far from you, don't always get to see you, can't always be near you even he/she wants to, is the one who loves you so much. Probably the one who appreciates you the most, better than ones who get to see you everyday."

Thankyou for everything. Thankyou for always being there for me throughout all the ups and downs, the laughters and pains, the smiles and tears, everything. I had once lost a good friend and now you've just proven me I deserve better ones. Yes I do deserve better ones, like you. You're always there to listen to all my stories, laugh at my tahpape punya jokes, lend me your shoulders for me to cry on when everything seems like falling apart, eventhough we're so faaaar away from each other. You're there to always try to put a smile on my face when I don't even feel like smiling. You're there to help me up when others knock me down. You see something in me when others think I'm nothing.

Nanges.

You always correct me when I'm wrong, continuously give me supportive advices, remind me that there are people who care, who always silently pray the best for me.

I appreciate you and your presence. And please do always remember that. I love the way we complete each other as we know the fact that we're both imperfect. 

I can't bear losing a super amazing friend like you. Sungguh.

Wallahi my dear, I'm so blessed to have you. Thanks for showing up in my life. I thank Allah for giving me such a great opportunity to meet you and to know you. Out of millions of people in the world, I choose you. Janji I'll always love you. Yep, to the moon and back. Eh. No, to KLIA and back to Queen Alia Int Airport. Eheheh <3

Sunday, June 14, 2015

Heart's Talk.

How does it feel to be treated like you don't exist.
You started to feel like things aren't the way it used to be anymore.
They've changed.
The way they look at you-- has changed.
The way they used to care so much about you-- has changed.
And believe it or not,
Your spot in their heart, which used to be such a special spot-- is slowly disappearing.
You feel they started to push you away.
That time, you would probably ask yourself,
"Am I not a somebody to you anymore?"
"Or maybe, never been a somebody to you all this while?"
And you wonder,
They have stopped caring or they've never cared?

It hurts.
It hurts a lot--
In your eyes, they are your only sunshine.
But to them, you're nothing.
Without them, it's so hard for you.
But without you, they don't feel incomplete.
They laugh.
They smile.
They live happily.

You ask yourself, crying your heart out.
"Why do I have to face this?"
"Why do I have to feel this pain?"
Yes, it hurts.
It tears your heart apart.
It kills you inside out.
It's awful.
But despite of all the tears and pains,
You smile.
You pretend like everything's fine.
You're hiding behind your favourite sentence,
"I'm okay."

The fact is,
Nobody knows if you're so hurt.
Nobody could tell if you're in pain.
Nobody could notice if you feel like dying.
Nobody could imagine,
The girl who greets people with the sweetest smile in the morning, cries the most tears, cries her heart out when the lights are off.
Who cares?
Who would probably give a sh*t?
The one she hopes always be there for her-- isn't there.
The one she hopes never leave-- left her.
The one she cares a lot-- don't give a damn about her.
It's just sad, isn't it?

People always leave the one who needs them the most, just because, maybe, just maybe, they don't need him/her as much as he/she needs them.
Why is it always like that?

If only you could feel the pain I'm facing,
If only you could see me crying,
If only you knew how my heart hurts,
Do you think you would do this to me?
Do you think you could bear seeing how it kills me from the inside?

Thanks for not being there the moment I needed you the most.
Thanks for proving to me that you don't care when I care for you more than I care for myself.
Thanks for showing me how you really don't need me while I feel like dying of wanting you to always be there for me.
Thanks for the pain.

Sincerely.
The heart of a girl who thinks you mean the world to her.

At last.
The hand is writing what the heart couldn't handle anymore.
Satisfied. Phew.

Thursday, May 28, 2015

Fasal Thani : Fatrah Terobek?

Baru aku tahu.
Fatrah fasal thani seolah-olah boleh ditukar namanya kepada fatrah terobek.
Segala benda terobek.
Masa fasal awwal haritu ada jugak terobek sikit-sikit tapi tak lah sedahsyat fasal ni punya.
Sebab bahang-bahang hampir setahun di tempat orang makin membara mungkin?
Kaitannyaaaaa lah....

Paling meletup dia punya terobek,
Tak lain tak bukan,
Daurah.
Taktahu nak describe macam mana mantopnya letupan dia punya meletup tu.
Pantang sorang termention apa-apa unsur yang ada walau sekecil zarah punya kaitan dengan daurah.
Beratur yang lain-lain join menghangatkan sesi terobek yang sudah sememangnya sentiasa hangat.
Aku pun termasuk dalam golongan yang join tu.
Tak boleh... baca post daurahmates yang ada kaitan, tak mampu untuk baca dan like je semata.
Mesti ada benda nak cakap walau sepatah.
Walau hanya tulis "hashtag ibn malik".
Ha ha ha.

Rasanya sebab ada musabaqoh tu yang buat jadi banyak benda nak diterobek.
Cuba kalau daurah sebulan tu kita kena duk kelas mengadap buku,
mengadap papan tulis,
tertidur dalam kelas sebab sejuk dia memang layannn,
pastu habis kelas balik bilik buat homework,
pastu makan,
solat,
tidur,
layan perasaan tepi sungai. Eh.
Amende je nak diterobek kalau tu je daily routine kita?

Tapi sebab ada segala macam musabaqoh tu yang jadi best bila sampai masa terobek.
Kadang-kadang tu sampai teringat je pun boleh buat tergelak sorang.
Teringat tasfiq daurah je pun boleh sengih-sengih.
Belum lagi teringat momen praktis musamarah dalam kelas.
Sebab sorang gelak, orang lain yang asalnya takde rasa nak gelak pun tak pasal-pasal ikut gelak sekali.
Ok itu ibn malik lah kan. Heh.

Munazoroh yang awalnya takde orang rela masuk, well kecuali sorang budak hebat yang semua musabaqoh kitorang naikkan nama dia dulu awal-awal lah kan.
Haha. Siapa entah.
Tapi menang kot munazoroh.
Hebat la pendebat hafiz hafizah kitorang. Heh.
Tajuk kahwin awal afdhal untuk final stage.
Dan pendebat kitorang kena bangkang statement tu.
Kau fikir senang? Hahahahahaha.
Tiap point kena attack dengan pihak lawan yang tak kurang haibatnya.
Lepas daurah rois kata "kalau ada orang ibn malik yang kahwin awal ni sah-sah kena bahan teruk dengan grup lain". Wahaha.
Takpe ibn malik kalau ada orang kita yang kahwin awal nanti kita carikan alasan munasabah untuk balas bahan diorang eh.
Lol.
Takdelah, ibn malik mantap semua nak focus study dulu katanya.
Walaupun kadang-kadang tu status wassap memasing pasal harapan lah, penantian lah, kumbang seekor, bunga sekuntum lah. Ehehehehheeh. Aku pun termasuk lah sebab aku sebahagian drpd ibn malik. Haha.
Eh ni terobek daurah ke terobek ibn malik.....

Tamsil satu lagi takleh lupa.
Ada yang jadi ustazah syadidah lah.
Anak murid tak hormat ustaz.
3 beradik pekak bisu buta.
Anak yang diseksa sebab derhaka.
Oh arabiyyati. Qif sil qif sil ok itu mantap sangat haha.

Nasyid jangan cakap.
Kejap nak habiskan gelak dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
K.
Aku tak ingat dah lirik dia.
Tapi aku ingat besar mana semangat kita perform malam tu.
Seriously......
Walaupun mungkin dipandang serong dan annoying oleh grup lain.
Hahaha.
Well musabaqoh is all about doing the best and enjoying ourselves and giving all out.
So tu kira all out lah tu hahaha.
Mentaipppp sangat bak kata seseorang tu.

Anasyid daurah takkan mungkin dilupakannnn.
Tiap kali ustaz kata siapa yang nak kedepan nyanyi nanti ustaz tambah najm.
Keje kitorang petik nama syabab grup sesedap rasa.
Dan diorang akur sebab nak najm jugak. Heheh.
Paling-paling rois dengan orang suara sedap tu. Nasiblah.

Rindu kan.
Tu belum cerita pasal ustaz-ustaznya lagi.
Grup lain mungkin ada ab (baca: ayah) atau akh (baca: abang).
Kitorang ada jadd (baca: atuk).
Eheheheh.
Time belajar ada je mintak rehat kejap pastu suruh ustaz mu'tasim pasang anasyid daurah.
Hamboi.. tadi ngantuk terus segar bakhang dapat nyanyi.
Bila kena buat ayat guna mufradat baru tiap pagi tu,
Tak sah tak minta najm kabeeeeeer drpd ustaz.
Sorang mintak, semua nak.
Ustaz kesian tengok kitorang macam najm tu bererti sangat jadinya ustaz bagilah. Haha.

Ya Allah.
Rindunya.
Tak sangka nak setahun dah tinggalkan daurah.
Rasa macam baruuu je.
Segar betul momen-momen tu semua dalam ingatan.
Ildas dengan btn kurang pulak terobeknya.
Mungkin sebab tempohnya yang sekejap berbanding daurah yang sampai sebulan.
Sampaikan dekat ildas dengan btn pun duk terbawak-bawak feeling daurahnya.
Semangat grup daurah sikit tak padam lagi masa tu. Heheheh.

Tapi ildas yang boleh diterobek ialah...............
.
.
.
.
.
Part bahagianya dapat tidur dalam dewan kot.
Nak minum air, makan gula-gula.
Puasa pulak.
Memang pasrah jelah masuk tiap slot dengan azam taknak tidur tapi tersyahid juga. Allah. Dahsyat.

Btn?
Juhud tetiap hari kena mendaki tangga yang teramatlah banyak untuk pergi solat, pergi kelas, pergi makan.
Pergi mana-mana pun ada tangga.
Kena meniarap atas jalan sebab lewat berkumpul.
Siap ada yang tertidur masa meniarap sebab penat sangat.
Belajar kawad yang basic.
Hancur.
Pertandingan nyanyi lagu patriotik.
Fuhhh.
Menara manusia.
Ok yang tu sumpah best. Hahaha.
Sakit hati fasi dengan kita.
Terlalu utuh.
Utuh sampai semua orang kita kata musuh dalam selimut.
Tak pasal-pasal.

Haih.
Pendek kata dalam fatrah persediaan nak fly tu diserikan dengan momen-momen macam tulah yang buat rasa sedih nak pergi negara orang tu macam boleh dikawal lagi lah.
Cewah.
Ni boleh jadi sampai khirij pun tak habis terobek lagj.
Moga tersenyum lah tu teringat kenangan dan pengalaman yang sama-sama dah kutip sebelum bertebaran di tempat orang ni.

Keep calm and Terobek everything.
Eheh.

Penconteng semangat terobek lepas habis ekzem.
Mohon maaf.
Layankan~~~ bukan selalu. Hihi.

Penconteng mengundur diri.

Thursday, April 30, 2015

Antara Bahagia yang Terlihat dan Duka yang Tersirat.

Ada orang dapat lihat kita tersenyum.
Lalu turut mengukir senyuman tanda sama bergembira.
Dia tumpang girang dengan ria yang terpancar pada mata.
Dia ikut suka dengan aura bahagia yang terekspresi pada senyum tawa.
Kadangkala bahkan terlintas di benak fikirannya,
"Bahagianya dia.."
"Indahnya hidupnya.."
"Beruntung sungguh menjadi dia.."
Monolog sendiri dalam keirian, pada masa yang sama, kekaguman.

Ada pula,
Orang yang juga dapat lihat kita tersenyum.
Namun mampu mengintai apa yang terselindung di sebalik lirik senyum yang terzahir.
Seribu satu cerita.
Seribu satu rasa.
Terhijab dek segaris senyuman manis.
Tersembunyi, jauh pada dasarnya.
Dia berupaya memahami kedukaan yang tidak terungkap,
Di saat yang lain cuma mampu diperdaya dengan senyum yang terlihat.
Dia mendengar ceritanya.
Cerita gembira yang direka belaka,
Demi mengubat sendiri hati yang sarat terluka.
Kerana dia tahu, tak ada yang mampu faham sama.
Sedangkan dalam diam, ada insan yang mengerti.
Ada insan yang merenung tajam ke dalam matanya di saat dia berusaha menyusun kisah rekaannya,
Merenung tepat,
Lalu berkata lembut,
"Sejauh mana lagi mahu kau teruskan?"
"Yakinkah engkau sebesar itu gembira yang mampu menyembunyi duka yang engkau lalui?"
Satu persatu soalan terungkap.
Menjemput mutiara jernih membasahi pipi seorang insan yang selama ini menganggap,
Tidak seorang dalam dunia ini mengerti.
Tidak seorang dalam dunia ini cuba fahami.

Menggelikan hati,
Bilamana kita sedar,
Kita acapkali cenderung mengharap insan yang tak pernah cuba untuk faham, faham akan cerita yang tidakpun kita luah.
Dan pada masa yang sama,
Terlepas pandang insan yang selama ini sentiasa berusaha mengerti duka yang tersembunyi di sebalik sebuah senyuman.

Hakikatnya.
Tak semua mampu fahami.
Tak semua mampu sekurangnya cuba untuk fahami.

Walaupun begitu,
Tak semua insan juga mampu kita perdaya.
Dengan cerita indah yang diada-ada semata.
Demi terlihat kuat dan tabahnya jiwa.
Walhal ternyata teramat perit menanggung luka.
Kerana sungguh,
Sungguh,
Sungguh,
Sentiasa ada yang ambil peduli.
Sentiasa ada insan yang dapat lihat duka yang diselindungi, lebih jelas daripada lihat gembira yang dizahiri.

Apresiasi tertinggi didekasi buat insan yang sentiasa cuba fahami,
Selalu usaha mengerti,
Setiap masa setia dampingi.
Mak abah terutama sekali.
Sahabat sekalipun tidak dilupai.

Post penuh puitis. Haih.
Penconteng mengundur diri.

Sunday, April 26, 2015

Angin Taufan Kiriman Malaysia.

Dia kalau angin topan rindu dah mai,
Sumpah tak boleh nak kata apa.
Masalahnya bukan rindu family je.
Sampai tahap semua benda pasal Mesia dah rindu.
Malaysia btw. *takut orang kata lupa daghatan*

Rindu rumah tu haruslah.
Bantal. Langsir. Karpet. Meja makan.
Katil empuk.
Errr macam la sini takde semua benda ni.
Ada memang ada.
Tapi mana mungkin sama......
Eheh.

Rindu naik kereta tengok luar tingkap,
Ada Mydin,
Ada Tesco, Giant, Econsave.
Aeon Jusco.
Paling penting ada 99 Speedmart.
Orang Selangor je kot tahu? Hihi.

Rindu bangun pepagi dikejut bunyi ayam berkokok. Lol.
Macam tipuuuu jee niiiii.
Alarm phone tepi telinga pun haram nak dengar. Erk.

Rindu sarapan roti canai kuah kari, taknak dal.
Nasi lemak telur goreng sambal sotong, sambal lebih.
Kuetiau goreng basah.
Mi goreng mamak.
Peh. Lagi nak banding kepsi mekdi dengan semua ni?
Jangan harap.

Rindu nak balik kampung dan wajib singgah restoran ikan bakaqqqq.
Sotong goreng tepung dekat Serkam paling mantop.
Makan tu rasa nak mengalir ayaqq mata sebab sedap sangat. Eheheheh.

Pendek kata, panjang tak kata apa.
Hahahahahaha pinjam kehambaran pickup line Johan.
Errrr.
Pendek kata rindu semua benda.
Bak kata ada orang tu, kau dah duk tempat orang ni, nanti kau balik Malaysia rasa macam nak cium lantai airport bila sampai KLIA.
Rasa nak nangis dengar semorang cakap melayu.
Ye ye je kan? Lol.

Jauh lagi perjalanan.
Sebenarnya post hari ni bukan pasal rindu.
Tapi pasal ternampak ada orang haplod macam-macam makanan Malaysia.
Lapar lah kiranya.
Macam-macam dah teringin.
Ni kalau balik boleh list kot nak makan apa. Hihi.

Maaf buat korang tension baca.
Tension ke?
Ke ikut lapar? Kehkeh.
Saja up post camni balas dendam meraikan habis imtihan thani.
Macam tak ada kaitan kan.

Dah lama tak tulis ni.
Jadinya nak dapatkan rentak balik tu memerlukan satu post yang ala-ala luahan hati dan dedikasi ni dulu.
Kawal sikit bunyi perut tu. Heh.

Penconteng mengundur diri.
Yay.

Thursday, March 26, 2015

Besarnya Kasih Insan Bergelar Ibu Bapa.

Terbaca satu post daripada seorang ayah buat anak beliau di laman muka buku.
Post penuh chenta,
Post penuh kerinduan,
Post sarat pengharapan.

Sungguh aku terkesan.
Biarpun sebenarnya ianya tiada kaitan sikitpun dengan aku,
Namun efek yang aku peroleh daripada pembacaan post tersebut ternyata amat dalam.

Aku yakin aku tidak keseorangan.
Pastinya ada insan lain lagi yang turut merasakan betapa ianya menyentuh perasaan.
Biarpun mungkin ada juga yang tak terasa apa.
Barangkali mereka fikir itu perkara biasa antara ibu bapa dengan anak mereka bilamana sudah hidup berjauhan.

Aku faham.

Hakikatnya aku adalah sebahagian daripada golongan insan yang tak mampu berkompromi sesampainya pada topik keluarga, apatah lagi ibu bapa.
Mudah terkesan.
Mudah tersentuh.
Sekali lagi aku yakin aku tak keseorangan.

Tatkala membaca post tersebut,
Aku tersentak lalu kemudian serta-merta tersentap.
MashaAllah.
Begini punya kasih seorang bapa kepada anaknya yang beliau tahu hidup jauh daripadanya.
Cepat saja rindu, biarpun mereka susah meluahkan.
Cepat saja risau, walaupun mereka sering memendam pada diri.
Alasannya mereka tak mahu buah hati mereka yang hidup jauh di mata risau tentang mereka.
Kita di sini?
Cukupkah kita ingat pada mereka?
Adakah kita punya masa untuk merenung segala jasa mereka lalu berterima kasih pada mereka?
Atau mungkin kita makin bahagia hidup berjauhan kerana,
Di sini tiada kongkongan,
Tiada peraturan yang mungkin ada ketika di rumah,
Tiada mulut yang mudah saja bising dengan bebelan.
Begitukah kita?

Sedangkan kongkongan, peraturan, dan bebelan itulah antara tanda kasih dan sayang yang barangkali termampu mereka tunjukkan.
Kita remaja suka salahtafsir dan cepat melenting.
Lumrah.
Nastaghfirullah.

Saat pembacaan post tersebut,
Dua insan kesayangan singgah di benak fikiran yang pada mulanya kosong sepi.
Saat itulah fikiran menerawang memikirkan keadaan mereka,
Sihatkah mereka,
Gembirakah mereka,
Rindukah mereka.
Mata terasa panas secara tiba-tiba.
Allah.

Kita kadangkala hanya fikir pada kesusahan, jerih payah kita di rantau orang,
Sakit rindu kita pada keluarga yang adakalanya mendorong kita untuk hilang semangat daripada melakukan apa-apa.
Pernahkah kita terfikir tentang ibu bapa kita?
Apa kita fikir, cuma kita yang rindu pada mereka, sedangkan mereka tiada rasa apa?
Sungguh mudah kita lompat pada konklusi yang tak jelas hakikatnya.

Aku teringat pada dialog antara mak dengan rakan sekerjanya yang memang amat rapat dengan keluarga, sebelum aku berangkat ke bumi ini.
"Tak rasa apa ke anak nak pergi jauh ni?"
Mak senyap sambil hanya mampu melempar senyuman yang pada masa itu aku tahu bakal aku rindui.
Lalu mak menyusun kata.
"Takkanlah tak rasa apa. Kita ni emak."
Ringkas sekali jawapannya tapi makna yang ditinggalkan terlalu dalam sehinggakan sampai sekarang pun masih terngiang-ngiang ayat ini di telinga.
Lalu mak menambah,
"Tapi dia pergi jauh sebab nak belajar, nak cari ilmu, bukan apa."
Mata berkaca.

Sungguh bagi aku enam bulan di sini saja sudah cukup menjadi satu tempoh membanggakan buat aku,
yang selama hampir 19 tahun hidup tak pernah sekalipun berjauhan dengan keluarga,
Tak pernah sekalipun hidup di asrama.
Paling lama rekod dicatatkan ialah ketika daurah sebulan,
Sebelum berangkat ke Jordan.

Masih aku ingat waktu keluarga melawat aku di sana,
ketika itu minggu ketiga daurah.
Pertemuan yang singkat disambut dengan pelukan dan air mata rindu.
Itu baru tiga minggu.
Baru-baru ini ketika mak menjejak kaki ke bumi Urdun,
aku menjemputnya di lapangan terbang.
Niat hati tak mahu menangis.
Waktu aku sambut salam mak, kemudian aku dipeluknya,
Lantas aku melihat matanya jernih berkaca,
Sungguh tak mampu aku tahan air mata.

Barangkali ada yang fikir,
"Memang rapat dengan mak je ke?"
Mungkin kerana sepanjang cerita ini banyak aku selitkan tentang mak.
Hakikatnya abah ialah seorang bapa.
Seorang bapa yang lumrah dan fitrahnya jarang menzahirkan kerisauan dan kerinduannya, apatah lagi pada anak gadisnya.
Namun aku tak mampu menyangkal,
Aku lebih mudah tersentuh bilamana berbicara dengan abah melalui telefon.
Saat itulah terzahir sikap ambil berat seorang bapa.
Yang sememangnya sungguh dalam kesannya.

Terima kasih kepada post berkenaan yang memanggil aku dan juga kalian untuk menambah rasa apresiasi buat ibu bapa kita di Malaysia sana.
Post penuh air mata.
Nyaris banjir Al albayt kita.

Tujuan aku menulis bukanlah untuk sesiapa.
Melainkan diri aku sendiri.
Yang barangkali selalu terleka dan terlupa,
Bahawa ada hati dan jiwa yang sebenarnya sedang sarat merindui.

Jangan nangis.
Jom balik lepas soifi.
Kita penuhkan kapal terbang dengan ahli Prisma.
Keh.

Penconteng mengundur diri.
Eh.
Buah hati mak abah yang paling comel mengundur diri.
Hihi. (Majrur wa 'alamah jarrihi huruf ai dzohiroh 'ala akhirih)

Tuesday, March 24, 2015

Menghargai dan Dihargai.

Percaya atau tidak,
Post aku tentang beg kesayangan di laman muka buku telah sedikit sebanyak mendesak diri sendiri supaya bermuhasabah.
Supaya merenung diri.

Semua orang tidak dapat tidak, pasti ada rasa ingin dihargai.
Biar sekeras mana hati kita,
Biar sesado mana jiwa kita,
Biar segengster mana gaya kita,
Biar sekasar mana cara kita.
Pasti ada walau sekelumit kecil perasaan dalam diri, ingin rasa dihargai.

Namun, layakkah kita ingin merasa dihargai,
Bilamana diri sendiri sama sekali tak reti menghargai?
Macam mana nak orang hargai kita, sedangkan kita sikitpun tak hargai mereka?
Soalan mudah, jawapan pun mudah.
Tapi nak laksana tu yang tak semudah bertanya dan menjawab.

Merenung pada beg yang nazak,
Menggerak hati aku untuk berfikir sejenak,
"Ini cuma sebuah beg, bukan apa-apa."
Tapi bila dah rosak, barulah tersedar sekurang-kurangnya ada juga manfaat yang ia beri pada diri.
Aku yang selama ini barangkali tak hargai manfaatnya, akhirnya terpanggil untuk ada rasa menghargai.

Itu baru beg.
Beg yang tak punya perasaan.
Beg yang tak ada mulut untuk bersuara.
Beg yang tak miliki sepasang kaki untuk melangkah.
Macam mana kalau manusia?
Agak-agak,
kalau kita tak sikitpun hargai mereka,
mereka mampu terima ke?
Sedangkan mereka ada perasaan untuk berkeinginan dihargai.
Sedangkan mereka ada mulut untuk menyuarakan ketidakpuasan hati mereka.
Sedangkan mereka ada sepasang kaki untuk bila-bila masa melangkah pergi.

Hakikatnya, kita manusia.
Manusia yang tak sempurna, lagi penuh khilaf.
Sering terlupa,
sering terleka.
Sejauh mana kita cuba, kita tetap tak mampu memuaskan hati semua.

Tapi, janganlah pula hakikat ini kita jadikan sebagai alasan untuk tidak mencuba dan berusaha.
Cubalah untuk mencuba.
Berusahalah untuk berusaha.
Biarlah kita sekurang-kurangnya mencurah usaha untuk menghargai,
demi menghadiahkan rasa dihargai kepada insan-insan sekeliling yang kita kasihi.

Sering terdengar sebaris kuot mudah, tapi mendalam maknanya.
"What you give, you get back."
Bukan karma yang ingin aku ketengahkan.
Sebaliknya kitaran hidup itu sendiri.
Sungguh, apa yang kita beri, kita akan dapat habuannya, samada ganjaran atau sebaliknya.
Ia cuma soal cepat atau lambat.
Kita beri baik, kita dapat baik.
Kita beri respek, kita dapat respek.
Kita beri penghargaan, kita dapat penghargaan.

Bukanlah hidup untuk mengejar penghargaan yang cuba aku gariskan di sini.
Jauh sekali.
Namun mahu atau tidak,
Kita memang dianugerahkan rasa ingin dihargai dalam diri.
Barangkali dengan adanya rasa ingin dihargai itulah kita mampu belajar untuk menghargai.
Siapa tahu.

Konklusinya,
Keep calm & appreciate others.
That's the main point.
Learn to appreciate before wanting to be appreciated.
Let's start with ourselves.

Moga penghargaan kita membahagiakan mereka.
Moga penghargaan itu menambah mekar pada bunga-bunga ukhuwwah yang dipelihara bersama-sama. Aiseymen.

Penconteng mengundur diri.

P/s: Aku hargai kalian dengan setinggi-tinggi penghargaan. Sanggup meluangkan masa melayari tulisan ini bermula dari huruf pertama sehingga noktah terakhir, biarpun mungkin tiada sikitpun manfaat yang dapat diambil berbanding banyaknya jumlah perkataan yang aku guna. Aku hargai kalian, maka mohonlah hargai usaha dhoif ini dalam menyebar sedikit mana pun manfaat yang aku mampu beri.

*Post panjang lebar, kenapa?
Lepas exam kan, tak faham lagi ke. Keh.

Thursday, March 5, 2015

Pada Jurang Perbezaan Ada Titik Persamaan.

Semua orang ada pendapat sendiri.
Dalam macam-macam perkara dalam hidup ni,
Masing-masing punya pendirian berbeza,
Persepsi berbeza,
Perspektif berbeza.

Boleh jadi aku suka benda ni, kau tak suka.
Boleh jadi kau suka dia ni, aku tak suka.
Eh.
Macam hampir-hampir keluar topik je.

Ok.

Rasanya hakikat ni diulang-ulang je.
Jadi satu repetisi yang makin tak dapat dihenti dek kerana sering dilupai.
Semua kita tahu je, tak semestinya pendapat kita sama.
Tak semestinya suara persepsi dan pemikiran kita tentang sesuatu perkara tu seiring senada.
Hatta dengan manusia yang kita paling rapat sekali dalam hidup ni.
Aku ulang.
Walaupun dengan orang yang kita paaaaaaaaaling rapat.
Mohon take note.

Jadinya kenapa masih ada antara kita yang pasak dalam kepala,
Seakan-akan semua orang mesti dan harus dan wajib dan perlu dan wajarrrrrrrr ada pendapat yang sama.
Apakah?

Contoh mudah.
Aku suka menulis.
Bagi aku dengan cara menulis aku dapat sampaikan segala apa yang terbuku dalam kepala secara mudah lagi mantap.
Itu barangkali kelebihan untuk aku.
Takde apa yang kawal aku daripada menulis.
Aku nak tulis, aku tulis.
Korang taknak baca, aku rugi ke?
Sedangkan aku menulis bukan secara spesifiknya untuk dibaca tapi untuk melangsaikan keinginan menulis yang membuak-buak dalam jiwa. Todiaaa.

Kau pulak cukup tak minat menulis.
Kau rasa menulis tu a big fat NO untuk kau.
Bagi kau, baik cakap je terus.
Kan senang.
Tak payah susah-susah nak tulis.
Bukan tak ada mulut. (Eh aku yang tulis aku yang sentap pulak)

Agak-agak ada penghujung ke macamtu?
Aku tak suka kau punya suka.
Kau tak boleh terima aku punya suka.
Bila nak habis cerita?

Ada solusi ke untuk benda ni?
Haruslah ada.
Eh.
Aku bukan penyelesai masalah.
Cuma melontar buah fikiran yang dirasakan tak salah dikongsi.

Caranya.
Itulah.
Dengan sentiasa ingat, pendapat kita semua berbeza-beza.
Dalam perbezaan pendapat tu tak semestinya satu je betul, selebihnya salah belaka.
Aku betul.
Kau salah.
Dia salah.
Mereka salah.
Semua salah.
Peh, payah.

Boleh je jadi semua betul, semua boleh diterima akal, semua munasabah,
Cumanya kita pandang dari sisi berbeza-beza.

Aku pandang jamiah al albayt dari depan.
Kau pandang dari tepi.
Dia pandang dari atas.
Dapat gambaran yang sama ke?
Mestilah tak.
Tapi walaupun nampak gambaran berbeza, still, kita akan nampak padang pasir yang sama di kelilingnya. Ehem.

Nak katanya.
Dalam perbezaan pandangan dan pendapat tu, boleh je jadi ada titik persamaan yang boleh menghubungkan hati-hati kita.
Atas kita nak taknak cari je.

Fuh. Indahnya dunia kalau perbezaan pendapat bukan memecahbelah, sebaliknya memantap dan memperkuat ukhuwwah.
Aku tengah belajar terima hakikat bahawa memang pastinya akan ada perbezaan antara aku dengan kalian.
Tapi moga hakikat itu diterima dan dalam masa yang sama mendorong aku untuk hormati pendapat kalian yang barangkali sungguh aku tak sepakati.

Mohon terima hakikat yang aku suka menulis biarpun tulisan ini mungkin tak mampu sentuh hati kalian.
Aku pun terima je hakikat tu. Erk.

Kalau aku terlupa, ingatkan aku.
Aku takut aku terleka hingga tulisan sendiri pun tak lagi beri kesan pada hati.
Sama-sama kita raikan pendapat masing-masing.
Moga titik persamaan yang dicari, yang selama ini samar-samar makin lama makin jelas kelihatan.

Penconteng mengundur diri.

Sunday, March 1, 2015

Jarum Jam Mereka Menjentik Hati Kita.

Lepas ditayangkan video lakonan barisan pelakon yang tak-asing-lagi-kehaibatannya dalam kalangan adik-beradik Legend, entitled "Tak Disenandung" pada Annual Grand Meeting (AGM) Prisma semalam,
Serta-merta jadi viral.
Serta-merta jarum jam jadi trending topic.

Tak dinafikan, short film tu memang mantop.
Dengan mesej tersirat yang cuba disampaikan, memerlukan penonton untuk berfikir sejenak,
"Kenapa jarum jam?"
"Ada apa dengan jarum jam?"
Sedangkan barangkali selama ni tetiap hari tengok dan pakai jam pun tak pernah sekalipun terfikir peranan dan sumbangan jarum jam tu sendiri.

Aku tak berhasrat menjadikan post kali ini sebagai seakan-akan review atau kritikan terhadap short film tersebut.
Semua dah maklum tentang kemantapannya.

Cumanya ia buat aku terfikir,
Apa peranan dan sumbangan yang aku dah beri pada orang sekeliling aku selama ni.
Walaupun dengan kewujudan aku yang mungkin tak disedari, mampukah aku menyalur manfaat kepada individu lain?

Dalam hidup kita ni ada beberapa jenis manusia:
Manusia yang kewujudannya disedari, tapi tidak suka memberi manfaat pada orang lain. (Barangkali kerana tak sedar pentingnya peranan diri terhadap orang lain).
Manusia yang kewujudannya tak disedari, malah dia pun tak cenderung memberi manfaat pada orang sekeliling.
Manusia yang kewujudannya disedari, pada masa yang sama sedar peranannya mampu jadi bermanfaat pada orang lain.
Dan,
Manusia yang kewujudannya tak disedari, tapi tetap berusaha mencari jalan untuk menyalur sumbangan dan manfaat terhadap orang di sekelilingnya.

Kuncinya sekarang bukan siapa yang terbaik antara semua di atas.
Sebaliknya, siapa yang paling tinggi kesedarannya terhadap betapa pentingnya sekecil-kecil peranan yang dia mainkan dalam kehidupan insan lain.
Boleh jadi peranan kita kecil, tak sebesar orang lain, maka kita tak terlalu diberi perhatian dek kerana kecilnya kewujudan kita pada mata orang lain,
Tapi siapa tahu,
Peranan kecil itulah yang sering memberi manfaat kepada insan sekeliling tanpa kita sedar.

Siapa je mampu beri manfaat ni?
Kita.
Ya, kita semua.
Kau.
Aku.
Mereka.
Siapa pun mampu.
Asalkan kita punya kesedaran.

Semua kita mampu salurkan manfaat, tak kira dari apa jua sudut.
Barangkali manfaat yang kita beri berbeza bentuknya daripada manfaat yang mereka beri.
Pentingkah jenis manfaat, bila kita tahu dari sudut apa pun manfaat itu datang, ianya tetap sekurang-kurangnya membantu insan sekeliling.

Sebaik-baik kita ialah yang memberi manfaat kepada orang lain, kan?

Moga adanya aku di sini, biarpun ada yang tak sedar, biarpun ada yang tak kenal,
Sekurang-kurangnya beri manfaat walau sekecil mana pun buat kalian.

Biar kehadiran kita tak disedari, tapi ketiadaan kita kelak dirasai.
Daripada kehadiran kita disedari, malangnya ketiadaan kita nanti tak siapa rasai.
Allah.

Selamat berusaha memberi manfaat.
Selamat mensyukuri manfaat daripada insan lain.

Ingatkan aku andai aku terlupa manfaat aku setidak-tidaknya berharga pada mereka yang kurang berupaya.

Penconteng mengundur diri.
Ehem. Maaf andainya contengan marhaen ini tak memberi manfaat pada yang penat membaca dari mula sampai noktah terakhir.

Wednesday, February 25, 2015

Smile because He's the one.

Siapa sangka satu status biasa mampu mengundang setinggi-tinggi tahap kerisauan dalam hati orang yang membaca.
Di saat ada insan lain menganggap ia cuma satu kata-kata yang secara randomnya diungkap,
Cuma satu pengakuan yang secara spontannya diluah,
Cuma satu perkara remeh yang dihighlight bagi meraih simpati dan ihsan orang lain,
Rupa-rupanya ada segelintir yang kisah, di sebalik seribu yang tak kisah, tak ambil kisah, dan tak nak kisah pun.

Apa patut aku rasa gembira atau rasa sedih dengan diri sendiri,
Aku tertanya-tanya.
Memang bukan itu caranya memastikan siapa yang benar-benar peduli dan siapa pula yang sebaliknya.
Tapi aku jadi ingin tahu,
Mana perginya insan-insan yang dulu sentiasa ada bila yang lain tiada,
Yang dulu setia memimpin di saat aku hilang arah,
Yang dulu selalu sudi mendengar ketika aku ingin bercerita,
Yang dulu selalu gembira melihat aku tertawa,
Yang dulu selalu tumpang berduka melihat aku kecewa.

Lama-kelamaan kita manusia jadi mengerti,
Dalam kehidupan sementara ini tak wajar kita terlalu bergantung pada sesiapa,
Biarpun kita tahu dia setia tak setara apa.
Kita kena berhenti menangis, kerana mereka turut punya sebab lebih besar untuk menangis.
Kita kena berhenti kecewa, kerana ada yang miliki alasan lebih kukuh untuk kecewa.

Di sini aku belajar supaya bergantung hanya pada Dia.
Dengan segala perasaan yang bercampur-baur,
Dengan segala kegembiraan yang membahagiakan,
Dengan segala luka yang menyakitkan,
Dia yang kirimkan,
Dia yang hadiahkan,
Maka haruslah Dia juga yang akan menyempurna dan menyembuhkan.

Sedalam mana rindu aku pada manusia yang teramat aku cinta,
Aku tahu dalam lagi rindu Dia pada hamba ini yang selalu lupa lagi lalai dalam mengingatiNya.
Barangkali Dia sedang cuba menegur,
"Untuk apa kau mengadu pada manusia, mengharapkan belas ihsan mereka,
Sedangkan kau selalu tahu Aku dan pintu rahmatKu selalu ada lagi luas terbuka?"

Aku tersentak.
Lalu teringat sebaris ayatNya,
"Janganlah kamu bersedih."
Tidakkah ia cukup untuk mengubat segala lara?

Moga Allah ampuni kita atas segala keterlaluan dalam meletakkan pergantungan bukan pada tempatnya.
Moga Allah ampuni kita atas segala kelalaian dalam mengharap rahmat dan cintaNya.

Kadang-kadang Allah campakkan satu-satu ujian tu tak lain untuk kita sedar,
Dialah sebaik-baik tempat mengadu,
Sebaik-baik tempat meminta dan menyuarakan segala yang terbuku di dada.
Kalau bukan Dia, siapa lagi yang mampu bertahan dan setia tak sekali meninggalkan kita tak kira apa?
Sedangkan bayang-bayang sendiri pun tinggalkan kita bila kita dalam gelita.

Post ini secara randomnya ditulis.
Tak dituju pada sesiapa melainkan diri sendiri.
Moga beri manfaat.
Moga sekurang-kurangnya menyalur sedikit kekuatan buat yang membaca.
Bertabahlah.
Senyumlah.
Ada yang sentiasa kisah!
Biar kita tak melihatNya,
Dia sentiasa memerhati dengan setia.

Penconteng mengundur diri.
Mohon maaf.
Moga Allah jaga :)

Saturday, February 21, 2015

"Mencapai Azam" Tak Semudah "Berazam"!

"Qolil qolil satusbih jabal."
Pernah dengar peribahasa arab ni?
Mesti tak pernah.
#OnlyInDaurah

Bahasa melayunya,
"Sikit sikit lama lama jadi bukit."

Bunyinya macam mudah.
Buat jelah sikit sikit lelama nanti jadi bukit jugak.
Hakikatnya?
Ya Robbiiiiiii nak menunggu dia jadi bukit tu yang memerlukan kaf sod ba ro nun yang teramatlah mantop.
Takde sabar, hancur harapan nak bina bukit.

Jap.. bukit bukan subjek utama sebenarnya.
Tu ala-ala aksesori semata-mata.
Aku datangkan supaya mudah kalian nak dapat apa yang aku cuba sampaikan.

Sekarang mindset tu ubah ye anak-anak.
Daripada bukit, ganti dengan matlamat.
Apa matlamat kita dalam hidup?
Boleh jadi matlamat diri kita berbeza-beza.
Contoh la matlamat aku nak pandai cakap bahasa korea.
Contoh ni contohhhhhhh.
So apa perlu aku buat?
Adakah hanya dengan duduk atas katil berselubung hirom dua puluh empat jam dan hanya bangkit ketika lapar dan bila masuk waktu solat saja cukup untuk buat aku pandai cakap korea?
Masuk keluar hirom, eh ehhhhhh dah pandai cakap korea laaaaaaa~~~~ yaaaaaa ottokeeeyoooo jinjjaaaaaaaa~~~~~~ (ok ni perkataan trending dalam kalangan akhowat buat masa ni hahahaha kbye)

Pehhhhhh.
Kalau la dengan macamtu je boleh senang senang capai matlamat, takde apa yang kita perlu risau la macamtu.
Sabar tak perlu,
Kuat tak payah,
Usaha ciput je, cuma kena gagahkan diri keluar hirom kejap pastu masuk balik.

Hakikatnya.
Nak capai matlamat bukan semudah itu.
Bukan setakat cakap "aku nak itu ini" lepastu on the spot dapat.
Apa hengkau ingat ini sorgaaaaa?!
Nanges.
Kita dekat dunia weh.
Mohon sedar.
Tempat berusaha.
Tempat berpenatan.
Tempat bersabar.

Nak capai matlamat memang bukan mudah.
Tapi as long as level sabar kita cukup tinggi,
Seriously, tak mustahil untuk kita capai tanpa rasa terseksa sengsara meratap hiba. Erk.

Aku pernah terbaca,
"Never easily give up on dreams you have always put your greatest effort into it, because you never know how close you are to it."
Analogi mudah. Kau nak cari harta karun bawah tanah.
So kau gali gali gali gali.
Daaaaaalam sangat kau dah gali tapi malangnya kau tak jugak jumpa harta karun tu.
Even kau dah usaha keras pun muncul jugak rasa hampir putus asa dalam diri.
Sedangkan hati yakin, harta karun tu memang ada bawah tu.
Kau gali lagi.
Lagi.
Dan lagi.
"Ahh, aku putus asa!"
Kau berhenti menggali.
Sedangkan kau taktahu, rupanya kalau kau gali dua tiga kali dalam saja lagi, kau jumpa harta karun yang kau sungguh-sungguh cari tu.
Ni baru betul betul hampa.

Nak katanya, selagi kita yakin dengan apa yang kita nak capai, kuatkan tekad.
Pasak dalam kepala yang kita mampu buat.
Orang lain boleh, kenapa kita tak boleh?
Lepastu say no to giving up.
Kalau nak give up pun fikir balik macam mana sungguh-sungguhnya kau masa awal-awal berazam nak capai matlamat tu dulu.
Susah nak tangkap lagi ke?

Kau dapat tawaran ke Urdun,
Kau dah hadap segala macam sebelum nak datang Urdun ni,
Bila kau sampai sini,
Kau give up.
Kau kata susah.
Payah.
Kau rasa kau tak mampu.
Kau rasa kau tak kuat.
Kau nak balik hanya sebab kau kata semua kat sini susah.
Masa tu, ingat balik apa yang kau dah hadap masa awal-awal kau berangan-angan nak ke Urdun dulu.
Kalau tak membantu jugak, fikir mak ayah.
Apa yang mereka dah buat untuk pastikan kau ada dekat Urdun hari ni.
Ini kalau takde rasa pape jugak tak dapek den nak nolong.

Aku pun selalu je rasa nak give up.
Duduk jauh daripada mak abah, family,
Tambah lagi adik bongsu yang tiap kali call tanya "along bila nak balik?"
Memang jujur bukan mudah.
Tapi ubat aku.
Merekalah jugak.
Ingat mereka, otometik rasa disuntik dengan satu semangat yang kemudian membakar balik azam yang asalnya kian lemah.
Haih rindunya. *selingan*

Kesimpulannya.
Believe.
Have faith.
Don't give up so easily.

Aku doakan kalian kuat dalam perjalanan mencapai matlamat.
Moga Allah bantu.
Mohon panahkan doa buat aku jugak.
Doa moga aku kuat, jangan doa pelik pelik pulak -.-

Penconteng mengundur diri.

Thursday, February 19, 2015

Dedikasi Khas^^

18 Februari 2015.
Kenangan & pengalaman.
Akan selamanya tersimpan rapi.

Hari graduasi.
Hari apresiasi.
Hari memori.

Alhamdulillah.

Segala puji bagi Allah atas nikmat tak terhingga.
Tak mampu dibilang.
Tak dapat dihitung.
Moga nikmat tak menjadi istidraj pada diri.
Sebaliknya jadi batu loncatan untuk terus mantapkan usaha.

Penghargaan paling utama buat mak abah,
Yang tak pernah jemu bagi sokongan dan dorongan.
Yang sentiasa kirimkan doa dari jauh.
Kejayaan demi kejayaan diraih berkat doa mereka.
Tak lupa juga keluarga terchenta seluruhnya.
Rindu ni Allah je tahu berapa tebal dia.

Seterusnya buat Dr Haya, dukturah mahbubah.
Mutaqaddim 2 selamanya jadi antara momen termanis.
Terasa kelakar bila ada orang yang boleh ingat aku sebab hari-hari budak ni la yang akan ke depan untuk menulis dekat whiteboard.
Sampai bosan dah classmates aku agaknya.
Sorry weh -.-

Lastly buat sahabat-sahabat,
khususnya sahabat markaz lughah sekalian.
Tahniah buat yang khirij.
Buat yang belum, iAllah tak lama lagi giliran kalian menyusul.
Masa tu nanti kami pulak duduk di kerusi penonton,
beri tepukan gemuruh buat kalian yang segak anggun berjubah graduasi.
Biiznillah.

Memetik ucapan duta malaysia jordan waktu haflah khirij,
Kejayaan ini bukanlah tanda tamat.
Bukan sama sekali penghujung atau penghabisan.
Sebaliknya ia adalah titik mula untuk kita.
Sungguh, jauh bezanya kelas kuliah dengan kelas markaz lughah.
Moga Allah permudahkan urusan kita dalam menempuh perjalanan menuju khirij yang sebenar.
Kurang 4 tahun lagi.
Very soon iAllah.

Doakan aku.
Doakan kami.

Sabar menanti.
Gagahkan hati.
Realisasikan mimpi.
B.A in Arabic Language & Literature iAllah.



Penconteng mengundur diri.

Tuesday, February 17, 2015

Susah Bakhang.

Pernah tak dipuji?
Tipu tak pernah.
Sekali pun mesti pernah.
Apa respond kau pada pujian yang orang kasi?
A) Cakap thankyou.
B) Cakap "mana ada la aku biasa je kot~"
C) Puji dia balik.
D) Tukar topic perbualan.
E) Senyum kambing.
F) Takde respond (kau takde perasaan ke apa*)

Kalau aku, aku selalu fail part nak respond dekat orang yang duk puji.
Aku jadi menggelabah and baru nak fikir apa aku nak jawab.
Tapi selalunya aku end up just aminkan je pujian tu.
Kalau pujian tu agak-agak melambung sangat and aku rasa aku pulak kerdil sangat untuk dipuji sampai tahap tu, aku cakap "takde maknanya" je. Setel.
Memang Anis Zulaikha masyhurah jiddan dengan "takde maknanya" tu.

Tapi,
Itu respond luaran. Respond lafdzi ya'ni.
Yang tu kita boleh la control.
Nak cakap itu ke ini ke, jet-jet humble, acah-acah low profile and so on.
Kalau respond hati macam mana eh agak-agak?
Yang pasti, tak semudah macam nak control respond luaran.
Dan sungguh,
Aku jadi takut betul bila nak fikir respond hati aku bila ada orang puji.
Mulut kata "eh mana ada la~", tapi hati tengah berbunga.
Faham je kalau berbunga. Sape pun yang hati tak berbunga kalau dipuji.
Hati berbunga takpe kot.
Yang parahnya bila ada muncul virus-virus bahaya dalam hati lepas dah berbunga tu.
Virus bahaya mende?

Ro Ya Alif Hamzah. Jatuh kerusi.

Kadang-kadang kita tak sedar, sebenarnya virus tu muncul dah.
Makin dipuji makin dahsyat penularannya.
Fuh. Dahsyat tak dahsyat virus tu?

Aku selalu tanya diri sendiri, "macam mana nak make sure hati bersih daripada virus tu?"
Lalu aku teringat satu kuot seorang hamba Allah ni.
"Bila kita dicela, kita sure rasa down yang amat. Rasa sempit. Rasa susah. Maka masa tu tengoklah orang yang di bawah kita. Sentiasa ada orang yang jauh lebih susah and sempit daripada kita, tapi diorang lek je. Takde pun nak merintih salahkan takdir ke apa. Kita ni baru kena sikit dah rasa macam tak sanggup nak tempuh hidup dah."

Makanya aku apply kuot yang sama, cuma ubah ikut situasi.
"Bila kita dipuji, kita sure rasa berbunga yang amat. Rasa suka. Rasa haibat. Maka masa tu tengoklah orang yang di atas kita. Sentiasa ada orang yang jauh lebih haibat and baik daripada kita, tapi diorang lek je. Takde pun nak tunjuk-tunjuk yang diorang tu bagus sangat. Kita ni baru kena puji sikit dah rasa macam kita dah ada dekat puncak dunia."

Fuh.
Istighfar.
Astaghfirullah.
Astaghfirullah.
Astaghfirullah.

Moga kita jadi insan yang sentiasa bersyukur and sentiasa sedar semua nikmat ni pinjaman semata.
Semua milik Dia. Nak riak-riak pun semua Dia punya. Apa hak kita?

Allahumma thohhir qolbii!

*Post ini dedicated untuk diri aku sendiri yang selalu terlalai. Ditulis moga jadi peringatan untuk diri and yang sudi membaca.

Penconteng mengundur diri.
Doakan aku!

Monday, February 16, 2015

Terlewat Pun Ada Ibroh :)

Bismillah.

Alkisahnya. Hari ni tercatat dalam kepala, "Rehearsal Haflah Khirij ML (baca: Markaz Lughah). "Fissa'ah thaniata 'asyar yaum ithnain. IAllah fi ihdal qo'ah fi mabna muslim. Masyi?", kata mudir ML, Dr. Kamal waktu ijtima' haritu.

Kebetulan hari ni aku ada kelas pukul 11 sampai 12.30pm.
"Alamak, macam mana ni? Nak pegi kelas ke nak skip?"
Dr. Kamal dah pesan, siapa-siapa pun yang ada muhadhoroh pukul 12 tu, skip. Nanti ML keluarkan surat bagi pada lecturer.
"Ok cun, skip jelah."
Tapi kawan aku semangat pulak nak pegi kelas. Dia ajak aku pegi je kelas dulu. Pukul 12 minta izin Dr nak keluar. So aku dengan hati yang separuh rela separuh berat ni pun ikut dia pegi kelas.
Dr masuk dan muhadhoroh berjalan seperti biasa.
Aku pulak sikit-sikit tengok jam.
11.15.
11.30.
11.45.
12.00.
"Aih Dr nak keluarkan pukul berapa ni." (Selalunya Dr keluarkan awal. Tak betul-betul sampai habis waktu muhadhoroh pun)
Kawan aku pulak kata "Anis pegi lah cakap kat Dr kita nak keluar."
Eh pulak dah. Tadi masa duk mengajak aku pegi kelas dia kata dia yang nak cakap dekat Dr.
Last-lastnya Dr keluarkan pukul 12.15.
Masa tu pecut habis balik sakan.
Dengan nak solat zohor nya lagi. Fuh.

Phone pulak asyik bergegar sebab notifikasi whatsapp tak berhenti masuk.
"Korang kat mana?"
"Cepaaaaatttt! Dr ML semua dah ada ni..."
Bukan main gelabah kitorang dibuatnya.
Sampai mabna muslim, sudah...... sesat pulak dalam bangunan yang tak besar mana tu.
10 minit cari tempat rehearsal. Akhirnya jumpa.
Ya Robbi rasa nak pengsan pun hade weh.

Masuk je qo'ah, Dr tanya, "leisy taakhorti?"
"Asifah Dr. Fi muhadhoroh."
Maka mulalah sesi pengentalan hati sebab ditegur dekat situ jugak depan kawan-kawan lain.
Dr kata Dr pernah pegi Kuala Lumpur, semua benda dekat key ell tu teratur. Semua perfect. Tapi kenapa student malaysia susah nak tepati masa."

Peh. Menusuk bakhang.

Bukan nak kata apa, kali pertama terlewat dah ditegur macamtu. Kalaulah kami student malaysia ni boleh tegur arab yang dah biasa sangat tak tepati masa tu macamtu jugak. Adoi.

Aku terima teguran tu dengan terbuka. Memang salah aku pun. Cumanya teguran Dr tu buat aku terfikir, orang arab ni kalau yang punctual tu dahsyat punya punctual. Yang tak punctual tu harammmm sekali pun nak punctual.

Moga teguran tu bantu diri jadi lebih baik.

Ibroh: Tepati masa.
"Waktu ibarat pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu."

Penconteng mengundur diri.

Sunday, February 15, 2015

Kenapa Tetiba?!

Kenapa tetiba? Kenapa tetiba nak terjun balik dalam dunia blog setelah berhhhhabad lamanya engko berhijrah daripada hidup sebagai blogger tegar kepada hidup krik-krik tanpa blog?

Sebab tetiba jugak aku terasa aku kembali perlukan satu medium untuk menulis, mencoret, menceritakan, mengisahkan, mengongsi, meluah, dan segala me- yang berkaitan lagi.
Aku terlampau suka menulis.
Hinggakan apa yang aku rasa tentang satu perkara kecik pun aku mampu tulis berjela panjangnya.
Semua dicurahkan dalam satu coretan.
Barangkali ia nampak keterlaluan bagi orang lain.
Namun untuk aku, inilah satu cara yang aku berdaya nak buat untuk memastikan aku tak terus memendam apa yang tak salah untuk dikongsi.
Dan aku pun bukanlah yang suka berkongsi dengan sembarangan orang secara realitinya.
Makanya aku ambik inisiatif untuk adakan satu blog khusus untuk aku conteng (baca: tulis) bila aku rasa aku nak conteng.

Mohon yang membaca tabah membaca contengan aku yang lebih banyak unsur 'tahpape' daripada 'pape'. Erk.

Yang menconteng mengundur diri.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.